syudududu~
Kemarin lagi rebahan, scroll-scroll Instagram liat
temen-temen yang udah punya ini itu dengan alasan self-reward atas kerja
kerasnya selama ini. Did I work that hard? I just think that we just live the
life that we have. Then I flashback for what I did in these several years. Am I
too young to do all these things?
Waktu keterima kuliah kedinasan dan lokasinya
jauh dari kota, bisa dibilang kampung karena memang masuk di salah satu
Kabupaten di Jawa Barat, bapak bilang “nyantri dulu ya disini, kan kemaren udah
sekolah di Dago (Bandung)”. Walaupun ya ga gaul gaul amat waktu sekolah di
Bandung, tapi ngeliat temen” yang gaulnya setengah mati dan tak terjangkau itu
bikin mikir kalau memang kita bukan berada di tempat dan jajaran yang sama.
Bahkan di mata guru, kalau ikut les di guru maka akan dapet nilai gede, dan kalau
ga ikut les ya silahkan berjuang setengah mati semampunya untuk dapet nilai
bagus. Sadar kalau manusia itu punya circle-circlenya masing-masing mau gimanapun
kita bilang kita temenan sama siapa aja.
Kuliah 4 tahun dengan sangat susah payah, hampir
DO, orang tua dipanggil, kehilangan kepercayaan diri, kepribadian yang berubah,
menjadi pemberontak kampungan yang tong kosong nyaring bunyinya, entah kenapa
senggol bacok banget kayanya selama 4 tahun kuliah. Tapi disana ternyata ada
pelajaran baru yang ga pernah diajarin sebelumnya, CARA BERTAHAN HIDUP, baik denotatif
maupun konotatif. Secara denotative (nyata), bertahan hidup dari segi fisik
atau kesehatan adalah keharusan karena kegiatan setiap hari yang menuntut fisik
yang kuat, WHILE I’M NOT THAT STRONG. Secara konotatif (kiasan), bertahan hidup
dari segi mental yang menuntut agar tetap waras apapun yang terjadi, sedangkan disebut
MENTAL TAHU bukan hal asing. And that’s engraved on me until now. Am I that
bad? Rasa percaya diri yang pernah dimiliki walaupun ga seberapa ini
perlahan-lahan hancur dan hilang, hingga akhirnya berada di titik merendahkan
diri sendiri.
Katanya orang lain bisa menyakiti, memandang
rendah dan menyepelekanmu tapi jangan lakukan itu pada dirimu sendiri. While I
do it every time, until I always said that I can’t do anything. Bisanya
ngerepotin orang doang, apa-apa ga bisa. Sampai sering bertanya-tanya, memang
hidupnya sesulit apa? Oh hidupku terlalu enak? Ga pantes ya aku hidup kaya
gini? Emang harusnya ga usah ada di dunia ya? Emang harusnya ga lahir kali ya
biar ga ngerepotin orang lain, ga ngerepotin orang tua, ga ngerepotin sodara
dan lain-lain. Kalau diliat-liat kok kayanya benci banget sama diri sendiri,
padahal ga seburuk itu.
Balik lagi, jadi mikir-mikir mau self-reward. Apa
pantes kasih reward ini?
Comments
Post a Comment