Rumput tetangga memang selalu lebih hijau

Rumput tetangga memang selalu lebih hijau. Jika saat ini aku iri melihat teman-temanku yang cantik, mapan, dan mandiri. tapi ah sudahlah, pun aku belum menikah aku juga tidak tau bagaimana caranya untuk jadi cantik, mapan, mandiri. Ingin rasanya punya rasa sayang yang amat terhadap diri sendiri. Ingin rasanya berhenti menyalahkan diri sendiri dan selalu bertanya kenapa harus lahir dan hidup hingga selama ini. 


Jadi anak bungsu yang usia jauh dari kakak-kakaknya membuat sering kata "anak kecolongan/kebobolan" mampir di telingaku. Hingga yang ada di kepalaku hanya "mungkin harusnya aku tidak perlu ada". Jangankan untuk mencintai diri sendiri, mencintai keberadaan diri pun aku enggan. 


Setiap langkah dan keputusan yang kuambil penuh dengan pembuktian-pembuktian. Pembuktian bahwa aku bisa, aku mampu, tapi toh tidak ada juga yang peduli akan apa yang aku lakukan. Tak jarang malah dicela dan dihina atas sesuatu yang mungkin aku anggap prestasi. 


Lalu kemudian aku semakin menganggap diri ini tak perlu ada, karena bahkan hal baik yang kulakukan pun ternyata bukan hal baik. Ingin rasanya diri ini penuh rasa syukur dan ikhlas dalam menjalani sesuatu. Ingin rasanya jadi qanaah menerima takdir yang telah ditentukan. Tapi nyatanya memang rumput tetangga selalu akan lebih hijau. Tinggal bagaimana cara kita menyayangi taman kita ini yang walaupun layu dan gersang. 


Apa harus kusirami dia dengan cinta setiap hari? Aku takut dia menjadi lemah jika aku terlalu menyayanginya


Apa harus kubiarkan saja dia dengan gersangnya? entah dia akan terlatih atau meledak membabi buta..

Comments

Popular Posts