Body Shaming is "Our" Culture
Puluhan tahun terjebak dengan budaya body shaming is totally insane. Bukan hanya dari sudut pandang langsing lebih bagus dari gendut, tapi becandaan yg "ngatain" fisik juga udah jadi mendarah daging. Becandaan yg ngatain fisik aja udah kadang bikin sakit hati, apalagi serius. Mata sipit, idung pesek, pipi tembem, gajah bengkak, babi guling, those were my snacks everyday when I grew up.
I can say it's totally fine for me, even it's cracking my mentally inside. Growing become a person who felt never have a proper 'look' like the ordinary people.
Tapi kita setuju kalo hal ini bukan hal yg baik dan harus diterusin, apalagi ke anak cucu nanti. Ketika mereka cuma berharap being normal is totally enough. Tapi definisi normal yang dibuat society itu gila banget. Normal yg dimaksud itu yg gimana? Yang kaya di tv? Yang kaya di majalah, di kalender? Even buat foto kalender aja pasti dicari yg paling cakep brae. Sorry sorry aja nih.
Kita juga ga bakal tahu apa yang akan terjadi di masa depan, entah anak kita, anakmu, cucuku, cucumu punya sesuatu yang mungkin mereka anggap kekurangan, tapi malah dijadikan candaan atau hinaan. Karena candaan dan hinaan adalah salah satu sumber untuk orang lain berbuat tidak menyenangkan. Menjadi tidak ramah, menyebalkan, bahkan melakukan kejahatan. Tanpa kita sadari, budaya body shaming udh jadi lingkaran setan yang bikin kita mikir "hari gini masih bahas gituan?".
Yuk bisa yuk
Mulai sekarang kita ganti basa basi dan pola asuhnya. Ga lagi sebut kekurangan orang lain 💕
Comments
Post a Comment