Randomly Being Mother

Ilmu buat "Ga usah dengerin apa kata orang" itu emang ampuh. Tapi ga berlaku buat ga dengerin apa kata orang terdekat kan? Masa ga dengerin apa kata orang tua? Masa ga dengerin apa kata orang terdekat? 


Nyatanya, mereka yang terdekat justru yang melontarkan kata-kata yang lebih menyakitkan dibanding mereka yang diluar sana. Orang lain sadar karena mereka orang asing jadi ga sepatutnya ngomong macem-macem, tapi apa orang terdekat jadi berhak ngomong macem-macem?


Apa karena orang lain lebih bisa berempati daripada kerabat dekat? Mereka yang terdekat kadang bukannya berempati tapi membandingkan dengan diri mereka dengan dalih "aku aja bisa". ya Alhamdulillah kalau kamu bisa, apa semua orang harus bisa seperti kamu?


Padahal mereka yang terdekat juga tidak pernah mau tau, atau tidak pernah betul betul mau mendengar masalah apa yang sedang kita alami. Lalu pasal apa yang membuat mereka dengan mudah menyalahkan, menuduh, merendahkan, melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya. Apa di jaman mereka hal itu hal biasa? 


Ketika menikah dan belum dikaruniai anak, pembuka obrolannya adalah "sakit apa ya kamu kok belum hamil?" jangankan untuk menjawab pertanyaan, bereaksi terhadap pertanyannya pun bingung. 


Ketika punya anak, bukan sehat atau tidaknya yang menjadi pertanyaan, "kok anaknya item ya?" "itu anaknya ga bisa ngerangkak? ngesot gitu?" belum lagi perkara lahir normal ga normal, bedong ga bedong, gurita ga gurita, sarung tangan ga sarung tangan, gendong ga gendong, asi ga asi, mau muntah rasanya.


Ketika sakit, bukan ditanya kesehatannya, tapi "kok sakit sih? jadi ibu ya emang kaya gitu, ga bisa sakit"


Cukuplah kesepian menjadi penderitaan yang paling nyata bagi seorang ibu, jangan lagi ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang dia pun tidak tahu harus jawab apa. Menjadi ibu tidak pernah diajarkan di sekolah, dan tidak semua orang tua menyiapkan anaknya untuk menjadi orang tua. 

Comments

Popular Posts